{[['
']]}
']]}Tante Amoy Cantik
Tetapi jujur saja, aku mengagumi kecantikan bibiku. Pernah juga aku masturbasi membayangkan tubuh bibiku namun setelah itu aku merasa bersalah. Alasan aku pernah membayangkan tubuh bibi adalah kami punya kolam renang dan biasa berenang. Biasanya bibi memakai baju renang one piece. Dan karena biasa aku jadi tidak terlalu memikirkannya, namun suatu kali bibi memakai bikini kuning dan aku dapat melihat tubuh bibi yang hampir telanjang. Payudara bibi memang tidak besar, namun gundukkan teteknya cukup jelas terlihat dan bentuknya tegak bukan kendor, dengan puting menyembul di kain penutup dadanya. Perut bibi begitu rata dengan pinggang ramping, namun pantat sedikit besar. Tinggi badannya 160 cm, lebih pendek dariku yang bertinggi 170 cm. Kulitnya begitu putih bagai pualam. Tiba-tiba saja aku ngaceng dan akhirnya aku ke kamar mandi untuk masturbasi.Kisahku dimulai tahun lalu. Saat itu aku berusia tujuh belas tahun. Aku saat itu kelas 3 SMA. Berhubung aku sudah dewasa dan memiliki KTP, aku dihadiahkan mobil sedan yang sering kupakai untuk sekolah maupun jalan-jalan.
Pada saat itu, usaha Papa dan bibi mengalami kemunduran, kemunduran ini mulai semenjak tiga tahun belakangan. Kami tertipu ratusan juta rupiah. Selain itu, banyak juga rekan bisnis yang memilih untuk berbisnis dengan saingan kami. Juga ada investasi yang tidak menguntungkan, maka makin lama, keuangan kami mulai menipis. Bahkan dua rumah peristirahatan kamipun dijual untuk menutupi hutang-hutang.
Segala hal telah dicoba, mulai dengan menawarkan discount ke rekan bisnis ataupun customer, berhutang ke bank untuk ditanam sebagai modal (yang membuat hutang semakin banyak) dan bahkan pergi ke orang pintar untuk meminta bantuan. Namun semuanya tidak berhasil mengangkat perekonomian keluarga kami.
Suatu hari, teman dekat bibiku datang berkunjung. Mereka asyik berbincang ngalor ngidul. Akhirnya sampai pada topic keuangan. Teman bibiku itu juga memiliki bisnis keluarga yang dibangun bersama suaminya. bibi bertanya kepada temannya mengenai kiat mereka sehingga dalam jaman susah begini usahanya makin maju.
Sungguh terperanjat bibi ketika tahu, bahwa temannya itu pergi ke dukun di luar kota. Mulanya bibi tidak percaya, namun temannya tetap bersikukuh bahwa semua karena dukun itu. Akhirnya setelah bicara panjang lebar, bibi menjadi yakin dan ingin mencoba dukun itu. Anehnya, teman bibi berkata,
“Tetapi, Ci. Ada syaratnya.”
“Syarat? Apa syaratnya?”
“Cici harus berangkat berdua ke dukun itu. Harus membawa teman lelaki, tetapi tidak boleh membawa suami.”
“Loh, kenapa?”
“Itu memang syaratnya. Pokoknya cici percaya saja. Saya sudah membuktikan sendiri. Dan segala perkataan dukun itu telah terbukti.”
“Terus harus sama siapa?”
“Pokoknya harus lelaki dewasa yang bukan suami sendiri. Cici kan punya sopir? Saya sarankan bawa sopir aja. Kan sekalian ada yang ngatar juga. Nah, begitu sampai, Cici dan supir Cici harus menghadap dukun itu.”
Tak lama kemudian teman bibi pulang setelah memberitahukan alamat dukun itu dengan peta buram untuk mencapai ke sana. Malamnya, bibi dan Papa berembuk. Papa yang juga sudah tak berdaya menghadapi keadaan akhirnya setuju.
“Tapi, Ma,” kata Papa,” Papa ga mau bibi dianter sopir ke tempat dukun itu di luar kota. Papa ga merasa nyaman.”
“Loh, Pak Mo itu kan sudah lama jadi supir kita? Hampir sepuluh tahun.”
“Papa tetap ga setuju.”
“Tapi syaratnya kan harus ada lelaki yang ngantar bibi.”
“Begini saja, deh. Si Koko itu kan sudah besar, lagian dia juga sudah bisa bawa mobil. Mending kalian berdua saja yang pergi. Papa merasa kalau Koko yang nganter, maka lebih aman dan nyaman. Baik bagi bibi maupun bagi Papa.”
Akhirnya mereka menyetujui hal ini. Aku jadi sopirnya bibi. Pada mulanya aku menolak, berhubung akhir minggu aku ada kencan dengan pacarku. Tapi Papa malah marah dan mengatakan aku anak durhaka yang tak mau menolong keluarga. Akhirnya aku terpaksa menurut juga dengan hati penuh rasa sebal dan marah.
Malam Sabtu kami berangkat sore. Perjalanan ke tempat dukun itu memakan waktu sekitar lima jam. Sekitar pukul sepuluh kami sampai di tempat itu. Tampak banyak pengunjung. Ada sekitar dua puluhan pasangan menunggu. Setelah kamipun ada sekitar lima atau enam pasangan yang datang.
Dari kesemua pasien dukun itu, tampak sepertinya adalah majikan dan sopir. Namun ada juga yang bagaikan suami isteri yang sepantaran. Mungkin juga supir tapi ganteng, entahlah. bibi dan aku berpandangan. Jangan-jangan harus dengan sopir. Wah bisa berabe nih. Namun karena nasi sudah menjadi bubur, maka kami tetap menunggu giliran kami dipanggil dukun itu.
Akhirnya kami dipanggil masuk kamar dukun itu. Dukun itu tampak sedikit terkejut. Kami bersila di depannya dengan tempat kemenyan yang berasap di antara kami dan dukun itu. Setelah jeda yang agak lama ia berkata,
“Maaf, bibi. bibi membawa siapa?”
“Ini anak saya, Ki.”
Dukun itu mengangguk-angguk dan terdiam berfikir selama beberapa saat. Akhirnya ia berkata,
“Biasanya yang datang adalah pasien dengan sopirnya atau temannya. Tapi bibi bawa anak sendiri. Bagus, bagus.”
“Apanya yang bagus, ki?” tanyaku penasaran. Tapi dukun itu tidak menjawab malah menerawang jauh seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat. Akhirnya ia berkata lagi,
“Ada keinginan apa, sehingga bibi datang ke sini?”
bibiku menjawab,
“Begini, Ki. Kami sekeluarga memiliki usaha yang besar. Tetapi akhir-akhir ini terus merugi. Kami sudah melakukan segalanya untuk memperbaiki usaha kami, tapi selalu gagal. Nah, menurut teman saya, Aki ini katanya pintar sekali dan manjur. Maka kami ke sini minta bantuan Aki agar usaha kami sukses.”
Dukun itu manggut-manggut. Setelah terdiam (lagi) beberapa saat ia berkata,
“Bisa. Bisa. Tapi, syarat untuk mencapai keinginan ini berat sekali. Kalian harus bersumpah kepada Aki untuk melakukan syaratnya. Bila syarat ini tidak dilakukan, maka hasilnya adalah harta kalian akan habis sekejap dan kalian akan jadi miskin.”
“Syarat apa itu, Ki? Kalau tidak berat maka kami pasti akan melakukannya,” kata bibiku.
“Syarat ini jelas berat. Namun, Aki tidak boleh membicarakan syarat sebelum kalian bersumpah dahulu. Ini adalah keharusan dari ilmu yang Aki miliki.”
“Maksudnya, kami harus bersumpah tanpa tahu syaratnya apa?” Tanya bibi.
“Betul.”
“Gimana, ya Ki? Kami harus tahu dulu agar kami bisa menentukan bisa atau tidaknya. Contoh, bila syaratnya membunuh orang, tentu kami tidak akan melakukannya.”
“tidak perlu membunuh. Syarat ini tidak akan menyakiti orang lain malahan akan memberikan kebaikan pada diri sendiri.”
“Aki tidak akan bilang syaratnya sebelum kami bersumpah?”
Dukun itu mengangguk-angguk lagi.
bibi menatapku dan bertanya,
“Gimana?”
“Koko sih setuju aja bila tidak harus menyakiti orang lain. Kan semua demi keluarga.”
Akhirnya kami setuju. Dan ritual sumpah itu dilakukan. Kami bersumpah sendiri-sendiri dengan sang dukun memegang jidat kami dan mengasapi dengan kemenyan. Anehnya, aku hanya bersumpah akan melakukan satu syarat, sementara bibi harus bersumpah melakukan dua syarat. Barulah kemudian ia kembali duduk di tempat semula dan berkata,
“Perlu diingat bahwa kalian sudah bersumpah. Dan dalam sumpah itu, kalian juga menerima bahwa apabila menolak melakukan syarat-syarat, maka harta kalian akan hilang dari muka bumi.”
Kami berdua mengangguk.
“Sebenarnya syaratnya adalah kalian harus melakukan ritual dalam sebulan tiga kali, untuk membuat jin-jin membantu kalian mengumpulkan uang. Bila ritual ini tidak dijalankan, maka jin-jin itu akan menghabiskan uang kalian, alias akan merugikan kalian sendiri. Ritual itu harus dilakukan kalian berdua sebagai pasangan yang datang kemari minta bantuan.”
Sang dukun berdehem dan kemudian melanjutkan pembicaraan,
“Ritual ini adalah ritual seks.”
“Apaaaa?”
Kami berdua kaget setengah mati. Ritual seks? bibi dan anak?”
“Tapi, Ki. Kami bibi dan anak!” kata bibiku.
“Justru disitulah kuncinya. Selama ini, Aki menganjurkan ritual dengan lelaki yang bukan suami. Demikian tuntutan ilmu itu. Berselingkuh dengan lelaki lain membuat jin-jin itu akan datang menonton dan bekerja kepada pasangan tidak sah itu. Sedangkan bila bibi dengan anak melakukan ritual, dapat dipastikan jin-jin yang datang akan lebih banyak. Karena selain berselingkuh itu adalah sesuatu yang disukai jin-jin itu, maka berselingkuh dengan anak sendiri adalah hal yang paling disukai mereka. Dipastikan akan lebih banyak Jin yang datang.”
“Tapi…… tapi………..”
Sang Dukun memotong,
“Yang perlu diingat sumpah si lelaki hanya satu syarat, tetapi sumpah si perempuan ada 2 syarat. Yang satu adalah melakukan ritual dengan pasangan yang di bawa ke sini, yang satu adalah untuk menghentikan hubungan seksual dengan suami sendiri. Ini adalah kesenangan Jin yang lain, melihat bahwa si suami tidak mendapatkan tubuh isterinya, sementara isterinya memberikan diri kepada orang lain.”
bibi tambah membelalakan matanya. Seks dengan anak sudah parah, kini tidak boleh berhubungan seks dengan suaminya. Rupanya dukun ini adalah dukun ilmu hitam. Ada rasa penyesalan yang terlihat di wajah bibi. Aku pun kaget jadinya.
Dukun ini berwajah angker dan berwibawa. bibi tidak berani menolak melainkan hanya mengangguk saja untuk memperlihatkan persetujuan. Akhirnya bibi membayar mahar sekitar sepuluh juta rupiah lalu kami pergi dari situ.
Sepanjang jalan bibi ngomel-ngomel. Untung saja Pak Mo, supir kami tidak ikut. Pak Mo itu sudah tua dan tampangnya juga jelek. bibi mana nafsu dengan lelaki itu. Aku sepanjang jalan terdiam karena ketika mendengar syarat itu aku terkejut seperti bibi, namun aku tidak semarah bibi, melainkan aku menjadi membayangkan tubuh bibi saat memakai bikini dan kontolku langsung bangun. Sungguh tak percaya aku mendengarnya. Aku malahan Bahagia. Moga-moga saja bibi mau melakukannya ketika sampai rumah.
Namun, dalam perjalanan kami itu, bibi menekankan bahwa kami tidak akan berhubungan seks. Dukun itu memang gila. Masa harus begituan dengan anak sendiri? Aku menjadi kecewa dan sedih, namun aku berusaha tidak menunjukkannya.
Kami sampai di Jakarta keesokan paginya. Aku langsung tidur karena letih dan begitu juga bibi. Sampai beberapa minggu hal ini tidak pernah kami bicarakan.
Tiga minggu kemudian, saat itu malam hari. bibi mengetuk pintu kamarku dan masuk ke kamarku. bibi memakai daster atau juga lingere yang transparan berwarna kuning jelas sekali terlihat toket bibi yang sekal walaupun tidak terlalu besar namun cukup menggoda itu di balik daster bibi karena dia tidak memakai BH, sedangkan dibagian bawahnya pun tak kalah menggoda, sangat jelas terlihat celana dalam berenda dengan warna kuning di balik daster bibi, tentu saja hal itu membuat aku semakin penasaran untuk menelusurinya lebih dalam lagi.
Daster transparan bugil
Aku sendiri sedang nonton TV sambil tiduran dengan hanya memakai celana boxer, karena memang seperti itu kebiasaanku.
“Ko, kamu inget dukun yang pernah kita datangi bersama-sama waktu itu?” sapa bibi
“Oh, yang gila itu?” kataku sambil terus menonton TV untuk menunjukkan aku tidak terlalu memikirkan hal itu, padahal selama ini aku selalu masturbasi membayangkan bibi semenjak pulang dari dukun itu.
“Begini, Ko. kamu inget ga, apa kata dukun itu bila kita tidak melakukan ritual?”
Aku belagak mendengus tak percaya, padahal aku ingat sekali semua perkataan dukun itu. Dukun itu bilang, kalau kami berdua tidak juga berhubungan seks, maka keluarga kami akan bangkrut. Aku diam-diam berharap sekali bahwa usaha keluarga kami merugi agar aku bisa tidur dengan bibi.
“Dukun itu benar, Jun. tiga minggu ini, usaha kita rugi terus. hampir 1 M melayang selama tiga minggu ini. Dan bila ini terus terjadi, kita terpaksa harus menjual hampir seluruh harta kita.”
“Apa?” aku berkata dengan memasang muka sedih, kecewa, kaget dan lain-lain. Namun hatiku berbunga-bunga. Pucuk dicinta ulam tiba, kata orang tua. Dalam hati aku begitu bahagianya hingga aku susah payah menahan senyum di wajahku. Rasanya ingin berteriak. Apakah ini berarti bibiku mengajakku ML?
bibi mendehem sekali. Tampak ia gugup.
“Nah, bibi dan Papa tak pernah menyimpan rahasia. Dulu sewaktu pulang, Papamu telah bibi beritahu tentang dukun ini. Maka, sekarangpun Papamu tahu bahwa kita merugi karena ulah sumpah kita sendiri.”
“Terus?” dalam hati aku berteriak kegirangan. Tampaknya, harapanku akan segera terwujud.
“bibi dan Papa sepakat untuk mengikuti ritual ini selama sebulan ini. Terus kita lihat apakah ada perubahan? Bila tidak ada, maka kami berdua mohon agar kamu melupakan semua ini dan memaafkan kami berdua.”
“Bila ada perubahan dan usaha kita untung?”
bibi hanya menggeleng,
“Kita lihat saja nanti.”
Kemudian bibi menghampiriku. Aku deg-degan sekali. bibi menarik boxerku sehingga lepas. Kaget juga ia ketika melihat kontolku yang besar sudah tegak berdiri akibat pembicaraan ini. Terlihat di raut mukanya bahwa ia kaget.
“bibi agak bingung bagaimana seharusnya kita melakukannya. Tapi bibi berpendapat, kita tidak boleh melakukan hubungan seksual dengan percintaan, karena kita bibi dan anak.”
“Maksud bibi?”
“Kita tidak perlu ciuman, buka seluruh pakaian dan lain-lain seperti sepasang kekasih. bibi tetap akan pakai daster. Kamu tidak boleh memegang bibi. Biar bibi di atas saja. Kamu diam saja di bawah.”
Maka aku berbaring diam. bibiku langsung membuka celana dalam di balik dasternya kontan saja bulu lebat memek bibi terlihat jelas di balik daster transparannya lalu dia menekan kontolku sampai menempel di perutku dengan tangan kirinya, lalu ia menduduki kontolku. Karena di balik daster bibi, sudah tidak ada celana dalamnya sehingga batang kontolku merasakan bibir memek bibi menekan di batang kontolku.
“Kemaluan perempuan harus basah dulu. Jadi, bibi akan gesek-gesek sebentar sampai kemaluan bibi basah, lalu kita akan melanjutkan ke ritual.”
Lalu bibi menopang tubuhnya dengan memegang dadaku, kemudian ia mulai menggesekkan memeknya di batang kontolku. Aku dapat merasakan bibir memeknya membuka dan kontolku kini dijepit bibir itu, sementara bagian bawah batang kontolku menekan bagian dalam memek bibi, tepatnya dinding di mana labium minoranya terletak.
Lama kelamaan keluar cairan pelumas. Aku dapat merasakan memek bibi perlahan mulai lembap dan licin lalu basah karena lendir yang keluar dari memeknya. Selama proses ini bibi memejamkan matanya. Akhirnya setelah beberapa menit, selangkangan bibi dan batang kontolku sudah licin karena lendir bibi.
Pengalaman ini terus kuingat sepanjang hidupku. Walaupun bibi tidak membuka pakaiannya, namun aku merasakan sensualitas yang sangat tinggi menguasai tubuhku. Saat vagina bibi sudah basah dan membasahi batang kontolku, aku dapat mencium bau badan bibiku yang perlahan memasuki hidungku. Selain itu, tubuh bibi hari itu wangi karena tampaknya baru saja mandi. Jadi, aku dapat mencium wangi sabun dan juga wangi kemaluan bibiku tercampur di udara.
Setelah yakin bahwa memeknya telah licin dan siap untuk dimasuki penisku, bibi berlutut sebentar, tangannya memegang kontolku dan diacungkan ke atas, lalu ia memposisikan kontolku di depan lubang memeknya. Setelah posisinya pas, maka ia duduk perlahan di kontolku.
Nikmatnya merasakan kontolku perlahan menembus memek bibi. Pertama-tama lingkar luar lubang vagina bibi dilewati oleh kepala kontolku dengan susah payah. Untuk beberapa saat ujung penisku tidak berhasil masuk lubang kecil itu, lalu plop! Tiba-tiba kepala kontolku sudah masuk ke dalam liang senggama bibi. Lubang memek bibi sempit sekali, kepala kontolku bagai sedang dijepit tabung silinder yang sempit. bibi mendesah bagai sedang makan cabe. Lalu perlahan menurunkan tubuhnya lagi sampai tiga perempat kontolku menggeleser lebih jauh dalam lubang kencingnya itu. Namun, tiba-tba saja gerakan bibi berhenti karena kontolku menancap di lingkaran lubang masuk ke rahim milik bibi.
“Punya kamu besar dan panjang. Belum masuk semua udah ada di ujung rahim bibi,” kata bibi dengan nafas tersengal. Sementara itu, memek bibi berdenyut-denyut, dan menjepit kontolku begitu kuatnya. Aku merasa linu di lututku dan aku mengerang nikmat sekali walaupun kontolku berasa sedikit sakit karena sempitnya memek bibiku.
Desahan bibi makin jelas, lalu tiba-tiba bibi menghempaskan tubuhnya ke bawah sehingga kini kontolku ambles ke dalam liang persenggamaan bibiku. Aku dapat merasakan kepala kontolku melewati lubang masuk rahim bibi dan kini kepala kontolku dan sedikit bagian batang kontolku sudah ada di dalam rahim bibi.
bibi melenguh kecil,
“Uuuuuuuh………………. Belum pernah ada yang masuk sejauh ini………… tahan sebentar, ya………”
Mata bibi terpejam erat. Wajahnya meringis. Nafas bibi memburu. Sementara itu, Aku menjadi serba salah. Ingin rasanya kupeluk bibi lalu kuentot dengan buas tubuhnya, namun aku takut dimarahi. Kepalaku pusing menahan birahi ini. Dinding vagina bibi yang halus dan basah itu begitu kuat menjepit kontolku lagi lubang itu seakan mengenyot batangku karena membuka dan menutup seiring irama nafas bibi. Beberapa saat kemudian barulah bibi mulai menaik turunkan pantatnya. bibiku mulai mengentoti aku dengan perlahan-lahan.
Kedua tanganku meremas seprai, sementara mataku berusaha melihat selangkangan kami berdua, namun daster bibi menghalangi. Kupandangi wajah bibi yang cantik itu. Dahi bibi mengerut seakan menahan sakit dan matanya terpejam rapat. Nafasnya yang mulai memburu mengeluarkan suara desahan nafas yang ditahan. Semakin lama nafas bibi semakin cepat dan hembusannya makin terasa di wajahku. Nafas bibi begitu segar dalam indera penciumanku.
Memek bibi masih mengocoki burungku. Selangkanganku kini sudah basah oleh lendir vagina bibiku. Bau tubuh bibi yang menguar dari dalam kemaluannya menjadi makin kuat, mengalahkan wangi sabun yang merebak dari tubuhnya. Bau tubuh bibi yang sedang birahi, Bau yang Belum pernah kucium sebelum malam ini, karena selama ini bibi selalu memakai parfum mahal, sehingga aku tidak pernah tahu bau tubuh bibi yang sebenarnya.
Aku merasakan sesuatu yang belum pernah kurasakan. Kontolku yang tadinya perjaka kini sudah mengalami hubungan seks dengan perempuan. Memek bibiku menyedot-nyedot kontolku, mengirimkan sensasi sensual yang menjalar dari burungku hingga ke seluruh ujung tubuhku. Aku seakan berada di suatu tempat fantasi yang indah, bukan lagi di bumi. Suatu perasaan yang begitu nikmatnya sehingga barulah aku setuju dengan orang-orang bahwa ngentot itu adalah pekerjaan yang paling enak dilakukan.
Makin lama pantat bibi makin cepat digoyang. Selangkangan bibi menumbuki selangkanganku dengan bunyi yang terdengar makin keras. Mulut bibi mulai membuka dan desahan mulutnya mulai berubah menjadi erangan, toketnya yang sekal kini semakin mengencang, lalu sambil tetap menggenjot bibi meremas-remas toketnya sendiri yang tak mengenakan BH itu.
“aaaaaaahhhhhhhhhhhh………….. aaaaaaaaarhhhhh…………. Aaaaaaaaaaaahhh……..”
Daster transparan bugil
Tiba-tiba bibi merebahkan diri di tubuhku dengan mata masih terpejam. Kedua tangannya memeluk pundakku dari luar kedua tanganku, sehingga menjepit kedua tanganku di samping tubuhku dengan telapak tangan mengarah kedepan sehingga ia memegang pundakku dari belakang. Dapat kurasakan kedua payudara bibi menekan dadaku dari balik daster dan BHnya. Aku tidak tahu kekenyalan yang kurasakan apakah karena busa BH ataukah karena tetek itu sendiri. Maklum, inilah pertama kalinya aku ngentot sehingga masih buta segala sesuatunya.
Bau tubuh bibi yang begitu erotis dan sensual membuatku gila, Aku ingin sekali merengkuh tubuh bibi dan balas mengentotinya dengan liar. Aku pikir karena bibi sudah memelukku, maka akupun tak apa memeluknya. Oleh Karena itu, ku peluk bibi dengan telapak tanganku memegang pantatnya.
Ketika aku mulai meremasi pantat bibi, bibi kurasakan kaget karena menarik nafas tiba-tiba. Kupikir ia akan marah, namun ternyata ia melanjutkan erangannya.
“Yeeeeaaaaaaaaaaah…… aaaaaaaaaaaaaahhhhh………. Ahhhhhhhhhhhh………..”
Pipi kami berdua kini menempel. Pelukan bibi makin erat saja, dan selangkangan kami kini sudah basah kuyup oleh cairan vagina bibi. Suara selangkangan kami yang beradu begitu cepatnya dank eras memenuhi kamar tidurku.
“plokplokplokplokplok……..”
Ditingkahi erangan bibi yang terus menerus mengatakan ‘yeah’ dan ‘ah’ diulang-ulang. Aku juga menjadi ikut terbawa suasana. Aku memberanikan diri mengerang juga.
“aaaaahhhhhh….. ahhhhhhhhhhhhhhh…… maaaa…………. Aaaaaaaaaaaahhhhhh……… Maaaa……”
Sengaja kupanggil bibi disela-sela eranganku karena hal ini membuat aku makin bernafsu. Dengan memanggil bibi, maka tersirat bahwa aku menyadari bahwa aku sedang bersetubuh dengan bibiku dan aku menyukai bersenggama dengan bibiku. Entah apakah bibi menyadarinya…
Namun reaksi bibi hanya terus mengerang, namun pipinya kini diusap-usapkan ke pipiku. Sementara pelukan bibi kurasa kini sudah erat sekali. Pantat bibipun kini digerakkan naik turun begitu cepat dan keras, untungnya spring bed ku mahal sehingga mengikuti gerakan tubuh kami sehingga aku tidak merasa sakit.
Tiba-tiba bibi menekan pantatnya dalam-dalam sambil memeluk erat sekali. Pipinya pun ditekan keras-keras juga di pipiku. Dan kini bibi tidak mengerang, melainkan berteriak keras-keras,
“Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh………………..”
Kurasakan selangkangannya dan terutama dinding memeknya bergetar bagaikan tubuh orang yang kedinginan sambil menjepit kontolku erat-erat. Kejadian berikutnya berlangsung begitu cepat. Aku tak kuasa menahan birahi yang sedari tadi coba kutahan-tahan. Rasanya begitu nikmat dijepit memeknya yang hangat dan licin itu. Entah bagaimana, naluriku yang mengambil alih, aku lepas kedua tangan dari pantat bibi, lalu kupeluk tubuhnya erat-erat, kemudian aku putar badan, bagaikan pegulat professional sehingga kini aku yang ada di atas tubuh bibi. bibi masih orgasme namun membalas dengan merangkulku dengan satu tangan mendekap belakang kepalaku sementara satu tangan memeluk bahuku, dan kedua kakinya kini merangkul bagian bawah tubuhku dengan kedua tumit kaki ditekan ke pantatku.
Setelah bibi kutindih, tanpa aba-aba lagi kubuka daster bibi agar tak ada lagi penghalang di antara kita, bibi sempat menutupi toketnya dengan tangannya dan matanya yang sayu semakin membuatku bernafsu untuk menghabisinya.
toket bibi
Dengan secepat mungkin dan sekuat mungkin aku kocok lubang meki bibi. Lalu bibi membuka tangannya yang menutupi toketnya, tangannya kini menariku kemudian memeluku sehingga toketku dan toket bibi kini menempel, Kusedot leher bibi dengan mulutku. bibi masih mengerang dengan keras dan memelukku erat-erat. Kulit leher bibi begitu halus di mulutku. Kucupang leher itu dengan mengenyotinya keras-keras. Sementara Memek bibi yang sempit dan berbulu lebat itu kuhujami berkali-kali sekuatnya.
Akhirnya aku sampai juga. Kutumpahkan maniku di dalam rahim bibi.
Kami terdiam beberapa lama. Lalu tanpa bicara, bibi mendorong tubuhku sehingga tak lagi menindihnya, lalu ia pergi ngeloyor keluar sambil membawa daster dan celana dalamnya tanpa memakainya kembali, ya masih dalam keadaan bugil ia berjalan keluar kamarku. Di antara perasaan kecewaku, ada perasaan Bahagia dan puas juga, Lalu akupun tertidur.
Keesokan harinya, sarapan pagi dengan kedua orangtuaku menjadi canggung. Kami bertiga tidak banyak bercakap-cakap seperti biasanya. bibi dan Papa hanya berbicara seperlunya saja. Aku sendiri malah hanya terdiam saja sambil mengunyah. Kami bertiga tahu apa yang terjadi tadi malam, sehingga masing-masing terbelenggu dengan fakta bahwa bibi dan anak tadi malam baru saja melakukan perhubungan yang tabu.
Papa pergi bekerja, sementara bibi di dapur untuk cuci piring dan lainnya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sehingga memutuskan untuk sekolah tanpa berbicara apa-apa lagi. Hubungan keluarga kami sekarang sudah berbeda dan tidak dapat dirubah lagi. Entah aku ini senang atau tidak, namun kini, tiap kali aku lihat bibi maka aku pasti ngaceng.
Hari makin cepat berlalu, aku jadi semakin kecewa. Karena bibiku tidak pernah lagi datang ke kamarku untuk begituan. Apakah dukun itu gagal? Pikirku. Apakah Papa masih merugi walaupun aku dan bibi telah melakukan ritual? Aku menjadi sangat sedih ketika kulihat pada bulan ini, tinggal tersisa dua hari lagi. Malam ini akan terlihat apakah bibi akan meneruskan ritual itu, karena sesuai pesanan pak dukun, kami harus melakukannya tiga kali dalam sebulan.
Hari telah malam dan menunjukkan pukul sepuluh. Aku duduk di kamar dengan hanya memakai celana boxer saja. Jantungku berdetak kacau menunggu bibi. Di satu pihak aku berharap sangat bibi akan datang, di lain pihak aku ketakutan bila bibi tidak datang hari ini.
Tiba-tiba saja pintu perlahan terbuka, dan bibi masuk ke dalam kamar dengan memakai daster yang sama dan masih tak menggunakan BH. Aku merasa lega sekali. Perasaanku berbunga-bunga dan perlahan burungku mulai mengeras. Aku menanti-nanti dengan jantung yang berdebar-debar ketika bibi naik ke tempat tidur pelan-pelan tanpa mengeluarkan suara, matanya tak pernah menatap mataku, lalu ia memelorotkan celanaku sampai lepas dan menduduki kontolku seperti sebelumnya. Hanya saja, saat ini aku sedang duduk di tempat tidur dan bukan tiduran seperti sebelumnya.
Kini posisinya bibi menduduki kedua pahaku dan kemaluannya menempel di batang kontolku yang kini mengacung ke atas terjepit antara memek bibi dan perutku sendiri, lalu bibi memeluk kepalaku sehingga jatuh di pundaknya. Namun aku dapat melihat bahwa kini bibi bukan hanya tidak menggunakan BH tapi juga tidak mengenakan Celana dalam dan bibi tidak bau sabun. Tampaknya ia tidak mandi sebelum ke sini seperti sebelumnya, tapi aku tidak kecewa. Malah aku senang jadinya. Aroma memek bibi yang pernah kucium sedikit tercium dari ketiak bibi. bibi mulai menggesekkan kemaluannya di batang kontolku. Namun, kali ini gesekkannya lebih cepat dan nafas bibi pun kali ini memburu lebih cepat dibandingkan sebelumnya dan lagi pelukan bibi begitu eratnya. Akupun memeluk badan bibi dan bibi tampaknya tidak marah.
Apakah bibi sudah horny duluan? Pikirku dalam hati. Ada kemungkinan begitu, karena aku ingat bahwa dukun bilang bibi hanya boleh bersenggama denganku, sementara sudah duapuluh hari yang lalu kami berdua melakukan hubungan seksual. Kemungkinan selama ini bibi tidak berhubungan seks dengan Papa.
Tak lama memek bibi sudah basah sekali. Kemudian bibi melepaskan pelukannya, lalu sedikit menaikan pantat, memegang kontolku dan akhirnya memasukkan memeknya ke kontolku yang sudah tegang dari tadi hingga kepala kontolku memasuki liang senggamanya. bibi lalu menaruh kedua tangannya di pundakku lalu perlahan-lahan merendahkan tubuhnya sehingga perlahan memeknya membungkus kontolku.
Sepanjang perjalanan masuknya kontolku, bibi memejamkan matanya dan melenguh,
“oooooohhhhhh…………. Yeaaaaaahhhhhhhhhh……..”
“Maaaamaaaaaaahhhhhhh…..” kataku tak mau kalah,” yeeeaaaaaaah…… Maaaaa……….”
Ketika kontolku sampai lagi di ujung rahimnya, bibi melingkarkan tangannya di leherku dan dengan satu tangan mendekap kepalaku. Lalu tiba-tiba pantatnya dihenyakkan ke bawah sehingga kontolku menghujam masuk rahimnya secara cepat.
Reaksiku adalah memeluk bibi erat-erat karena kaget dan sedikit sakit. Rangkulan bibipun juga makin erat. bibi mengerang-ngerang dan aku mendesah-desah merasakan sensasi kontolku yang dbibingkus dinding memek bibi sedang dipijat-pijat dinding memek itu.
Lalu bibi mulai menggoyang pantatnya. Aku merasakan nikmat sekali. Apalagi kini kami dalam posisi duduk dan berpelukan. Rasanya kami adalah dua pasang kekasih. Kuingat bibi tidak mau berciuman denganku, namun aku tak tahan dengan keintiman tanpa cinta ini. Aku ingin sekali menciumi tubuh bibiku. Akhirnya aku masa bodo dan mulai mengenyot pundak bibi yang telanjang.
bibi mulai mendesis-desis seperti kepedesan. Aku kini menjilati pundak bibi dan mengarah ke lehernya. Kukecupi dan kujilati leher bibi yang halus. Wajahku terbenam di lehernya, rambut bibi menutupi kepalaku. Wangi shampoo bibi dan bau tubuh bibi bercampur di hidungku. Ini adalah bau surgawi, pikirku dalam hati. Mulutku tidak pernah tinggal diam. Leher bibi sudah habis aku ciumi, jilati dan kenyoti. bibi makin keras mendesahnya. Semakin lama bibi mempercepat goyangannya pula.
Kedua tanganku kugerakkan ke bawah sehingga meremas kedua pantat bibi yang bahenol. Otot pantat bibi sungguh kenyal dan tidak lembek. Ini mungkin karena bibi rajin ke gym untuk berolahraga. Sementara itu, kedua pantat bibi yang masih ditutupi daster telah kuremas-remas sambil kutarik-tarik seirama dengan goyangan pantat bibi.
Suatu saat ketika aku meremas-remas pantat bibi, tak sengaja kain daster bibi sudah tertarik ke atas. Aku baru menyadari ketika ujung jari tangan kiriku menyentuh kulit bibi. Aku serentak mendapatkan ilham. Aku mulai meremasi pantat bibi sambil berusaha menyingkap daster bibi ke atas lagi. Usahaku perlahan berhasil. Pada akhirnya kedua tanganku berhasil menggenggam kedua pantat bibi tanpa dihalangi kain daster itu.
bibi masih menggoyangkan pantat dan mengerang-erang kenikmatan. Aku mengambil kesempatan dengan menyusupkan tangan kananku ke atas sehingga kini tangan kananku sudah berada dalam daster dan memegang punggung bibiku secara langsung.
Tiba-tiba bibi memelukku begitu eratnya aku sampai aku merasa sedikit sesak. Selangkangan bibi tiba-tiba berhenti bergerak. bibi menekan kontolku keras sekali sambil berseru,
“Yeeeeaaaahhhhhh…… bibi sampaaaaiiiiiiii……………”
bibiku orgasme duluan. Akhirnya bibi melepaskan pelukannya beberapa saat kemudian. Aku kecewa begitu bibiku menarik kedua tanganku sampai lepas dari tubuhnya. Ia menatapku lalu berkata,
“Ko, kamu itu bandel ya. Kamu kok cium-cium leher bibi kayak gitu. Kan bibi sudah bilang, kita ini bukan kekasih. Kita ini bibi dan anak. Jangan berperilaku ga sopan gitu donk.”
Aku hanya menunduk saja karena kecewa. Tapi setidaknya tanganku yang menggerepe dia tidak diprotes. Artinya aku boleh lagi nanti. bibi meninggalkan pangkuanku, untuk sementara aku kecewa sekali karena belum sampai orgasme, namun bibi tidak keluar kamar melainkan ia merangkak di tempat tidur bagai anjing, hanya saja sedikit nungging karena kepalanya ia taruh di bantal. bibi lalu menoleh ke arahku yang berada di belakangnya dan berkata,
“Kamu masukkin dari belakang saja ya. Biar kamu ga cium-cium bibi lagi.”
Tanpa disuruh kedua kalinya, Aku segera memposisikan diri di belakang bibi, berhubung aku lebih tinggi dari bibi, maka aku hanya sedikit menekuk lutut agar kontolku sejajar dengan memeknya. Aku menyingkap dasternya yang saat itu menutup pantatnya. Karena bibi tidak bilang apa-apa, aku beranikan diri menyingkap daster itu hingga tersingkap hingga setengah punggungnya. Aku belum berani terlalu jauh takut dimarahi.
Aku tekan kontolku di depan lubang memek bibi dengan dipandu tangan kananku, tangan kiriku menyibak pantatnya agar terlihat lubang itu. Setelah pas posisinya, aku dorong pantatku perlahan demi menikmati sensasi gesekan kontolku yang memasuki liang vagina bibiku, suatu sensasi gerakan menggeser di mana gesekkan antara dinding vagina bibi dan batang kontolku menyebabkan nafsu birahiku yang sudah tinggi menjadi semakin tinggi lagi.
Gerakanku terhenti ketika kontolku sudah di ujung lubang dalam vagina bibi dan mencapai awal rahimnya. Kini kedua tanganku memegang kedua pinggul bibi. Sambil menghentakkan pantatku ke depan, kedua tanganku menarik pinggulnya untuk menambah tenaga tumbukkan. Dengan suara plok tanda selangkanganku menampar pantat bibi, kepala kontolku kini sudah memasuki rahim bibi.
“Ooooooooh……………” teriak bibi perlahan,” dalam banget rasanya…………….”
Dalam posisi seperti ini, aku rasakan seluruh kepala kontolku masuk ke rahim bibi, sementara sebelumnya hanya tiga perempat saja yang masuk. Posisi ini ternyata memberikan jarak penetrasi yang lebih jauh.
Aku terpaku pada pemandangan indah di bawahku. bibiku yang sedang setengah telanjang dengan daster terbuka setengah punggung dan bagian bawah yang telanjang, dalam posisi doggy style dengan kontolku ambles memasuki memeknya. Aku tarik kedua pantatnya menggunakan kedua tanganku agar pemandangan ini lebih jelas. Kulihat anus bibi begitu rapat tanda bibi sedang mengencangkan otot vaginanya yang membuat kontolku merasa nikmat karena diremas otot vaginanya itu.
Perlahan kutarik kontolku hingga hanya setengah yang keluar dari memek bibi, lalu kudorong lagi sehingga seluruh kontolku terbenam di sana. Kulakukan berulang-ulang masih dengan gerakan pelan, karena pemandangan kontolku keluar masuk lubang kehormatan bibiku itu begitu indah di mataku. Begitu sucinya selangkangan bibi. Begitu sucinya kemaluan bibi. Kemaluan yang hanya pernah dijelajah oleh ayahku dan kini aku yang menjelajahi tiap jengkalnya. Bahkan Papaku itu belum pernah menjelajah sampai ke dalam rahim bibi. Aku menjelajahi alat reproduksi bibi lebih jauh daripada siapapun di dunia ini! Saat itulah aku berketetapan dalam hati, bahwa bibi harus menjadi milikku dan bukan milik orang lain. Perempuan keturunan Tionghoa ini harus menjadi milikku. Seluruh jengkal tubuh perempuan ini harus jadi milikku. Aku harus menjelajahi tiap senti tubuh seksi ini. Tubuh seorang bidadari yang turun dari surga.
Entah beberapa menit aku asyik menarik dan mendorong kontolku untuk menggeleser dalam lubang kenikmatan bibiku, aku baru sadar ketika bibiku mulai balas mendorong dan menarik pantatnya. Selain itu, suara bibi mulai terdengar lagi,
“Yeaaah…… yeaaaaaaaaaaaaah……. Lebih cepat….. lebih cepat…….. yeaaaahhhhh..”
Maka aku mulai mempercepat gerakanku. Di samping tempat tidurku ada lemari dengan kaca besar di salah satu pintunya. Aku melihat bayangan kami berdua di cermin itu. Cermin yang menunjukkan seorang remaja sedang mengentot perempuan dewasa dalam posisi doggy style. Kepala perempuan itu bergerak-gerak dan di wajahnya tampak kenikmatan dalam bersenggama. Aku lihat dasternya yang terbuka sampai setengah tubuh bibi. Mungkin kalau aku dorong sedikit-sedikit, aku dapat melihat tetek bibi dari cermin.
Aku segera bertindak. Kedua tanganku yang sedang memegang pantatnya mulai kugerakan untuk meremas-remas pantat itu. bibi mulai memperkeras suaranya, kurasa bibi tidak sengaja melainkan kenikmatan ini sudah menguasai pikirannya.
“Yeeeeahhhhhhhhhh!! Cepaaat……….!! Teruuuuus……… Yeeeeaaaaaaaaaaahhhh…….”
Kedua tanganku kini mulai mengusap-usap pantatnya diselingi oleh remasan. Makin lama kedua telapakku bergerak ke atas. Kini punggung bawahnya aku belai. Sebenarnya belai tidak tepat, melainkan aku mengusap-usap punggungnya. Akhirnya usapanku makin memanjang, dari bawah punggung ke bagian tengah punggung bibi tepat di kain dasternya yang terlipat di sana.
Punggung bibi begitu licin karena bibi sudah keringatan. Kulit putihnya mengkilat dijilat oleh cahaya lampu kamar. Begitu erotis, pikirku. Usapanku itu terus ku lakukan hingga jari tanganku mulai mendorongi daster bibi sedikit demi sedikit. Namun agak susah mendorongnya karena daster itu terlipat. Aku mendapat ilham lagi lalu aku mengusap ke atas lagi namun kali ini bukan mendorong daster melainkan tanganku menyusup. Setelah setengah telapakku menyusup di balik daster di bagian tengah punggung di antara belikatnya, aku segera mengusap balik ke bawah dan menunggu reaksi bibi. bibi tetap hanya mengerang-ngerang.
“Yeaaaaah……… teruuuuuusssss!!!!”
Aku susupkan lagi tanganku di bawah dasternya, namun kali ini ketika jariku hendak masuk, aku menggerakkan kedua telunjukku ke atas dan aku mengkaitkan kain daster itu di kedua telunjukku, menyebabkan bagian bawah daster bibi terjepit antara telunjuk dan jari tengahku, lalu kuteruskan mengusap ke atas dengan kedua tanganku, sehingga kini kain daster bibi ikut bergerak ke atas. Untung saja posisi bibi sedikit nungging, sehingga daster itu kini berjumbel di dada bagian atasnya dan tidak kembali jatuh ke bawah.
Dari cermin kulihat toket bibi yang bulat dan mancung menjuntai. Yang menakjubkan adalah toket itu tampak lebih besar daripada yang tersirat ketika bibi memakai baju. Aku ingin sekali meraba dada itu namun takut dimarahi. Makanya aku kini kembali mengusap-usap punggung bibi. Tak terasa karena aku semakin bernafsu, aku kini mengentoti bibi dengan kuat. Selangkanganku menumbuki pantat bibi dengan mengeluarkan suara PLOK! PLOK! PLOK! Yang keras terdengar.
“YEAAAH……!” tahu-tahu kini suara bibi keras sekali. bibi sudah berteriak dan suaranya memenuhi ruangan kamarku,”TERUUUUSS……. KOCOK TERUUUUS…….. KOCOK MEMEK bibiAAA……. bibi SAMPAIIIII……..”
Aku kaget. Kemarin bibi tidak seliar ini. Entah apa yang ada dipikirannya. Aku menjadi gelap mata. Kuraih kedua payudaranya dari belakang. Kurasakan bulatan payudara bibi melebihi kapasitas genggamanku. Ternyata cukup lebar lingkar payudara bibi. Aku remasi payudara bibi yang lembut dan kenyal itu. Dan aku tiba-tiba saja tak dapat menahan lagi dan memuntahkan peju di dalam rahim bibi.
Setelah beberapa saat aku merebahkan diri di samping bibi. Entah bagaimana aku merasa sangat puas dan tenteram sehingga tak lama kemudian aku tertidur.
Tamat
+ comments + 1 comments
Silahkan mampir juga ketempat ane gan,. kunjungan perdana gan,.
Sindikat 69
Kumuh 69
Lendir Crot
Post a Comment